Gowes ke Jembatan Gantung Selopamioro, Si Kuning yang Memikat Hati - dipastoria.com

Breaking

logo

Gowes ke Jembatan Gantung Selopamioro, Si Kuning yang Memikat Hati

Gowes ke Jembatan Gantung Selopamioro, Si Kuning yang Memikat Hati

Seperti biasa sepeda hitam sudah siap di halaman depan. Berwarna hitam mengkilat dengan kombinasi warna merah, hitam, dan sedikit lis warna putih, sepeda itu baru saja berpindah tangan dari rekan SMP dahulu. Tentu saja hal ini menandakan bahwa pemerintahan berpin dah tangan dari mereka terus berpindah ke tempat saya. Hahaha...
Jembatan warna kuning nan Eksotis

Pagi itu udara segar nyaman dan masih sejuk, masih virgin (perawan) belum terkontaminasi oleh asap kendaraan bermotor. Langsung saja kupacu sepeda hitamku, tujuan akhir adalah Jembatan Gantung Selopamioro Bantul. Tempat dengan jarak tidak terlalu jauh dari tempat tinggalku. Lebih kurang bisa ditempuh dengan bersepeda 30-45 menit dengan kecepatan normal. Sengaja memilih ke tempat tersebut karena sudah lama sekali tidak melewati jembatan berwarna kuning tersebut, terakhir pas ke sana ketika mengendarai motor, hanya sekedar lewat saja.

Waktu itu mengantarkan temanku yang bernama Fadwa. Lebih kurang 1 tahun yang lalu, cukup lama waku terakhir ke sini. Kemudian juga siangnya masih ada acara lagi di Jogjakarta. Jadi untuk kegiatan rutin pas hari libur cari trek yang mudah dan jarak yang dekat saja, tepat Jembatan Gantung Selopamioro adalah pilihan yang tepat.

Jalan masih lengang jauh dari keramaian 

Kalau dari Jalan Parangtritis bisa ditempuh lewat  pertigaan lampu merah Tembi Sewon lurus saja, melewati lampu merah Manding (ada gapura besar di sebelah kanan lampu merah) masih lurus saja sampai menemukan perempatan lampu merah lagi (lampu merah Bakulan). Ciri khasnya adalah ada bangunan pos polisinya. Lampu merah itu ambil ke kiri, lurus saja sampai menemukan pasar Barongan, perempatan lampu merah ( perempatan sedikit melenceng) lurus saja ambil arah ke Makam Raja-Raja Imogiri. Kemudian ada SMK Muhammadiyah Garjoyo ambil kanan, arah ke Silok. Setelah melewati Lapangan sepakbola Kebonagung langsung lurus saja, nanti akan menjumpai SMP Negeri 2 Imogiri. Sampai situ perlahan belok kiri. Sudah mulai masuk untuk menuju ke Jembatan Gantung Selopamioro Bantul.

Jalan masih sunyi dan lengang, tak banyak kendaraan yang lalu lalang memulai segala aktifitasnya. Udara segar benar, aroma yang khas aroma tanah khas pedesaan. Sesekali ada juga para Gowesser yang berpapasan pulang. Saya baru saja mau ke tempat itu, eh mereka sudah perjalanan pulang. Hanya sekedar say hello, dan membunyikan bel sepeda sekedar menyapa, dengan disertai senyum kecil mengembang diantara para Gowesser ini. Ada ibu-ibu, bapak-bapak seusia bapak saya (50 tahun). Turut juga ada anaknya ikut bersepeda ria, semua terlihat menikmati pemandangan yang ada dan sarat akan wisata 'Ndeso nya.

Melewati Dusun Kedung Miri, masih lurus saja. Akan ada deretan tanah persawahan mirip terasering di Bali yang bergaris-garis dengan eloknya. Terlihat ada ibu-ibu bersemangat sudah mulai beraktifitas di lahan sawah tersebut. Hijau dan serba teratur itulah kesan saya ketika melewati areal persawahan ini.
Kemudian setelah beberapa menit sampailah di Jembatan Gantung Selopamioro Bantul. Bangunan jembatan itu masih dominan warna kuning yang memikat, dengan aksen warna coklat, yah warna besi yang sudah berkarat. Menambah kesan natural dan alami. Di warung sederhana tepatnya di sebelah barat Jembatan Gantung Selopamioro Bantul sudah ada Goweser yang sekedar beristirahat dan menyantap aneka camilan yang ada. Ditemani segelas teh atau kopi para Goweser beristirahat dan bercerita ria tertawa bersama.

Perfect!

Jalan menuju Jembatan Gantung Selopamioro Bantul
Mengingat acara sudah ada yang menanti, langsung saja kulewati Jembatan Kuning tersebut, dari atas terlihat Gowesser juga di bawah jembatan sedang asyik berfoto ria dengan pose menggoda ditambah sepeda kesayangan juga ikut majang di latar background nya. Perfect!

Langsung saja terus ku kayuh sepedanya, kalau berangkat lewat jalan utara otomatis pulang melewati jalur selatan. Masih sepi dan lengang, tampak masyarakat masih malu-malu untuk beraktifitas. Melewati Jembatan Lama Siluk. Ketika sudah berada di Jembatan Siluk, coba perhatikan sebelah utaranya. Ada Jembatan Tua yang sudah berkaratan, dengan jalannya banyak berlubang. Ada juga tulisan berwarna warni menambah suasana ceria "KAMPUNG EDUKASI SILUK". Yap... itulah Jembatan Siluk yang lama. Sudah tidak dipakai lagi, karena sudah digantikan dengan yang baru. 

Kampung Edukasi Siluk

Bagian Jembatan Siluk Lama

Karena kesannya jembatan itu bekas dan bangunan sangat tua inilah tak heran banyak anak muda yang sering menjadikan objek jembatan ini sebagai background nya. Kesannya adalah unik nyentrik dan natural. Dengan tak ada biaya retribusi jika ingin mampir sekedar ambil foto disini.

Catatan:
-Harap berhati-hati jika melewati area Jembatan Siluk Lama ini karena sudah banyak yang berlubang, dan bagian besi yang mulai rapuh. Di sarankan jangan berlama-lama main di bawah besi tua itu. Kalau sudah selesai ambil foto segera pergi saja, untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan.

-Jembatan Gantung Kuning sudah rusak dan roboh ketika peristiwa banjir besar melanda Jogja (Kamis, 17 Desember 2017), sekarang sudah digantikan dengan jembatan beton warna orange dan biru.


Temukan Jembatan Gantung Selopamioro di aplikasi Googlemaps kalian di bawah ini.



Disclaimer: Images, articles or videos that exist on the web sometimes come from various sources of other media. Copyright is fully owned by the source. If there is a problem with this matter, you can contact

Trending