Stasiun Maguwo Lama Menyimpan Banyak Sejarah yang Belum Terkuak - dipastoria.com

Breaking

logo

Stasiun Maguwo Lama Menyimpan Banyak Sejarah yang Belum Terkuak

Stasiun Maguwo Lama Menyimpan Banyak Sejarah yang Belum Terkuak

stasiun maguwo lama
Stasiun Maguwo Lama via wikipedia

stasiun maguwo lama
Foto peta lawas tahun 1944, sumber : maps.library.leiden.edu

Berawal dari sebuah pencarian informasi sekedar iseng lewat aplikasi Instagram. Ada sebuah informasi menarik tentang adanya kegiatan eksplorasi tentang bangunan sejarah yang memiliki sejarah hebat. Ketika waktu itu saya tertarik dengan informasi gambar tersebut  "Kelas Mewarnai Indonesia Seri Menulis & Jelajah Heritage". Saya lihat acaranya Minggu, 2 April 2017 jam 08.00 -14.00 wib bertempat di Stasiun Maguwo Lama. Poin pertama yang saya perhatikan adalah waktu pelaksanaannya yakni pada hari Minggu, yap kebetulan pas tidak ada pekerjaan untuk perusahaan saya bekerja, karena sering untuk hari libur biasa juga dipakai untuk kegiatan perusahaan. 

Yes, saya bisa ikut, saya bersemangat!

Singkat cerita saya langsung menghubungi nomor kontak person panitia yang tertera dalam postingan gambar tersebut. Melewati beberapa proses, dan menghasilkan kesimpulan bahwa saya bisa untuk mengikuti acara pada hari tersebut.

Yes, rejeki anak sholeh emang nyata. Maka nikmat mana yang kamu dustakan!

Perjalanan dari rumah sudah saya persiapkan sebelumnya, seperti kapan harus berangkat dan sampai berada di lokasi. Saya targetkan untuk datang "in time bukan "on time. Kalau "in time itu datang sebelum acara dimulai, nah kalau "on time itu datang pas waktu di mulai.

Bisa membedakan yak?

Ternyata dari target yang saya tentukan sampai di lokasi jam 07.45 wib menjadi gagal total. Berawal dari informasi aplikasi Googlemaps tentang kata kunci 'Stasiun Maguwo Lama. Ternyata informasi antara aplikasi Googlemaps berbeda dengan informasi lokasi di postingan gambar.

Waduh! 

Lalu saya mencoba mutar-mutar mencari jalan arah Jogja-Solo, mencoba mengingat informasi yang sudah disampaikan oleh panitia. Sebelumnya ke sasar juga melewati lampu merah depan bandara Adisucipto ke timur. Maklumlah tak ada papan petunjuk untuk memberi arah ke TKP, bandara Adisucipto masih ke barat, melewati Lapangan PT. Angkasa Pura, ada belokan pertama ada gapura masuk kampung, belok kiri saja sampai 'menthok lalu ambil kanan, lurus sekitar 300 meter. Akhirnya ketemu juga setelah melewati proses yang cukup menghabiskan waktu. Sampai dilokasi sudah banyak peserta yang datang, waduh merasa tak enak sendiri ini. 

Ya udahlah, daripada tak sama sekali datang, saya beranikan langsung masuk ke tempat registrasi ke panitia. Yap, ketemu sama mbak Niken yang kemarin membantu mendaftarkan saya, di bagian registrasi. Setelah melakukan registrasi langsung gabung bareng teman-teman di lokasi kejadian.

Sekilas pandangan pertama saya tertarik dengan peserta yang berkostum jaman dahulu, pakaian lurik khas Jawa, ada juga peserta yang memakai kostum ala 'Noni-Noni Belanda lengkap dengan rok lebar bermotif bunga dikombinasikan dengan topi lebarnya, ada juga kostum ala "meneer Belanda. Celana warna putih, kemeja warna putih, ditambah dengan kaca mata bulat ditambah topi warna putih juga. Keren habis deh pas waktu pertama datang dan liat peserta pakai kostum jadul itu.

stasiun maguwo lama
Para peserta Kelas Mewarnai Indonesia foto di depan Stasiun Maguwo Lama

Kesan pertama kali datang ke sini, waw LUAR BIASA ini komunitas!


Acara ini bertemakan "Kelas Mewarnai Indonesia, Seri Menulis dan Jelajah Heritage" stop sampai sini jangan pernah berpikiran bahwa nanti akan ada penampakan cat warna, kuas bulat panjang, aneka cat air dan kanvas. Ini bukan melukis pada umumnya. Mewarnai Indonesia maksudnya adalah, Indonesia adalah negara kesatuan dari beraneka ragam warna, budaya bahasa dan kesenian masing-masing. Indonesia tidak bisa berdiri hanya dari satu macam warna saja. Ras, Suku, Agama dan Budaya, yang tidak sama justru itu keunikan bangsa Indonesia. Dengan kegiatan Mewarnai Indonesia kita ikut mempercantik Indonesia dengan warna yang berbeda. Menyebarkan virus kreatif, posItif, menyebarkan pesan damai, menghindari kekerasan pada kriminalisasi seperti maraknya kasus "klithih yang sempat booming di media. Stop! Kita berbeda Sob, kita ingin mempercantik  Indonesia, melalui kanal media sosial, ingin mewarnai Indonesia bukan mencorat-coret Indonesia.

stasiun maguwo lama
Saudari Elzha sedang memberikan arahan kepada peserta

stasiun maguwo lama
Hadir Ketua Stasiun Maguwo Bapak Burhani

Acara "Kelas Mewarnai Indonesia, Seni Menulis dan Jelajah Heritage" ini diselenggarakan oleh Pojok Duta Damai, Komunitas Roemah Toea, Dinas Kominfo DIY, Dinas Kebudayaan Sleman, Komunitas Malam Museum, serta Komunitas Masyarakat Digital Jogja (MASDJO) pada tanggal 2 April 2017. Bertempat di Stasiun Maguwo Lama yang terletak di Desa Maguwoharjo, kecamatan Depok, kabupaten Sleman, propinsi D.I Yogyakarta. Bangunan kecil yang kita tempati adalah tempat pembelian peron karcis kala itu. Didirikan dan dioperasionalkan oleh Nederlandsch Indisch Spoorweg Maatschappij (NISM) perusahaan yang merintis pembangunan jalur kereta api di Pulau Jawa.

Stasiun Maguwo Lama sudah ada sejak tahun 1873 bersamaan beroperasinya jalur kereta api lintas Semarang-Surakarta-Yogyakarta. Awalnya stasiun ini ukurannya hanya sebesar pos kamling, baru pada tahun 1909 stasiun direnovasi sehingga mirip pada foto di bawah ini.

stasiun maguwo lama
Stasiun Maguwo Lama tampak dari belakang

Terbuat dari kayu, tentunya kayu jati yang sudah terkenal akan kualitas dan tahan lamanya. Perlu diketahui, bahwa Stasiun Maguwo Lama merupakan satu-satunya stasiun berkonstruksi kayu yang masih berdiri utuh di propinsi D.I.Yogyakarta.

Kemudian pada tahun 2007 mulai dibangun Stasiun Maguwo Baru yang letaknya 300 meter di timur Stasiun Maguwo Lama, persis di seberang area parkir kendaraan pengunjung Bandara Adisucipto. Kemudian setelah itu secara resmi setelah adanya Stasiun Maguwo Baru ini  dan adanya jalur rel ganda (double track) pada tahun 2008 dinonaktifkan. Sejarah pembangunan Stasiun Maguwo Lama tentu tak bisa lepas dari ramainya industri gula di Vorstenlanden (wilayah yang melingkupi Yogyakarta dan Surakarta) pada abad ke 19. Pada waktu itu ada Pabrik Gula lebih kurang 19 (sembilan belas) di wilayah tersebut. Tentu saja dengan banyaknya pabrik gula pasti membutuhkan transportasi agar bisa membawa gula ke pelabuhan Semarang untuk selanjutnya di ekspor ke luar negeri.

NISM melihat hal ini sebagai peluang bisnis yang menggiurkan untuk membuka jalur kereta api dari Semarang ke Vorstenlanden, setelah melewati proses yang rumit jalur ini pertama kali dibuka dari Semarang ke Tanggung, Grobogan pada tahun 1869.

Acara dipandu oleh saudara Elzha dari Pojok Duta Damai, untuk Komunitas Blogger Jogja sudah tak asing mendengar nama Elzha, dan untuk perwakilan dari Komunitas Roemah Toea di wakili oleh saudara Hari. Saudari Elzha memberikan penjelasan tentang susunan acara, rundown acara, dan tujuan diadakan kegiatan ini. Sedangkan saudara Hari memberikan penjelasan tentang adanya Komunitas Roemah Toea, peran dari Stasiun Maguwo Lama. Tak ketinggalan Bapak Burhani memberikan sambutan mewakili Kepala Stasiun Maguwo Baru. Bertempat di bangunan tua Stasiun Maguwo Lama. Kemudian dibentuk 2 (dua) kelas yakni kelas Menulis dan kelas Video. Untuk yang menulis dipandu oleh saudara Aga dan Lengkong. sementara untuk kelas Video dipandu oleh saudara Hari. Saya memilih dan mengikuti kelas Menulis otomatis lah. Setelah penjelasan pengantar disampaikan para peserta meninggalkan bangunan tua ini dan muai mengeksplorasi hal-hal segala sesuatu tentang Stasiun Maguwo Lama.

stasiun maguwo lama
Santai tapi Serius

stasiun maguwo lama
Belajar di ruang terbuka dekat dekat rel kereta api

stasiun maguwo lama
Saudara Hari dari Komunitas Roemah Toea sedang memberikan penjelasan


Di peron Stasiun Maguwo Lama ini, sesi kelas heritage di mulai. Sesi kelas heritage dibuka dengan kisah Agresi Militer II Belanda yang terjadi pada tanggal 19 Desember 1948 di bandara Maguwo, tepat di seberang Stasiun Maguwo Lama. Saudara Aga dan Lengkong (sampai saat ini masih ragu, itu nama aslinya bukan?) menceritakan bagaimana kronologi Agresi Militer II Belanda terjadi, mulai dari pernyataan Dr. Beel bahwa Belanda tidak lagi terikat perjanjian Renville (artinya secara sepihak Belanda melanggar perjanjian Renville, bagaimana Jenderal Spoor memimpin serangan yang taktis, terjadinya serangan ke bandara Maguwo, pesawat sipil carteran yang 'super apes mendarat 1 jam setelah bandara Maguwo telah dikuasai oleh Belanda, sampai dikuasainya Ibu Kota Indonesia, yakni Yogyakarta.

stasiun maguwo lama
Para peserta antusias mendengarkan informasi

stasiun maguwo lama
Saudara Aga yang totalitas memberikan informasi tentang Stasiun Maguwo Lama

stasiun maguwo lama
Berawal dari penjelasan ini peserta mulai menulis, merekam dan memfoto informasi

stasiun maguwo lama
Salah satu foto sejarah untuk memvisualisasikan Stasiun Maguwo Lama

Keduanya merupakan anggota Komunitas Roemah Toea yang sangat fasih dan mahir tentang sejarah Stasiun Maguwo Lama, pasangan maut dah untuk mereka berdua. Sesekali kami juga mendengarkan suara mesin jet pesawat terbang yang lepas landas, memecah konsentrasi penjelasan dari mereka berdua. Wajar saja mengingat di depan kami terpaut beberapa meter adalah landasan pacu pesawat bandara Adisucipto. Sesekali juga mendengarkan suara kereta api yang berjalan di depan bangunan peron Stasiun Maguwo Lama.

Kemudian saudara Aga dan Lengkong mengajak kami untuk melihat-lihat sisa peninggalan Stasiun Maguwo Lama di area sekitar. Di pojok timur utara bangunan utama yang kita pakai sat ini ada sumur dengan masih ada tiang dari rel kereta api sebagai tiangnya. Menurut informasi dari saudara Aga itu sumurnya peninggalan dari masa lalu. 

Ada juga tiang telegraf yang masih original, tentunya sudah berkarat berwarna cokelat masih berdiri menjulang tinggi seakan ingin berkata bahwa mereka menyaksikan para tentara Belanda waktu itu menyerang, membunuh para penduduk sipil. Ada juga pohon bunga Kamboja di sisi timur tiang telegraf, konon menurut sesepuh yang tinggal di sekitar Stasiun Maguwo Lama, di tempat itulah jenazah para penduduk sipil di kuburkan pada waktu Agresi Militer II Belanda.


stasiun maguwo lama
Tiang telegraf sisa sisa peninggalan Stasiun Maguwo Lama

stasiun maguwo lama
Sumurnya masih ada dengan tiang rel kereta api

stasiun maguwo lama
Pohon Kamboja konon tempat pejuang dikebumikan via nasirullahsitam.com

Kemudian di sebelah bangunan utama Stasiun Maguwo Lama ada pancang tiang bendera untuk menempatkan bendera negara waktu itu. Masih jelas bekas dari sisa-sisa peninggalan sejarah itu, hanya saja sekarang beralih fungsi dan cenderung tak terawat. Saudara Aga juga menunjukkan bekas pondasi gudang penyimpanan gula di bagian barat sendiri. Waktu itu Stasiun Maguwo Lama difungsikan sebagai stasiun angkut gula dari PG Wonocatur. Gula tersebut disimpan dahulu di gudang sebelum akhirnya diangkut menggunakan kereta api. Sekarang PG Wonocatur sudah berubah menjadi Museum Dirgantara Mandala.

stasiun maguwo lama
Tiang pancang bendera Stasiun Maguwo Lama

Selanjutnya mengunjungi bekas rumah tua Rumah Kepala Dinas Kepala Stasiun Maguwo Lama. Almarhum Pak Narso (Kepala Stasiun Maguwo Lama dengan masa Jabatan 1955- 1970) tercatat sebagai penghuni terakhir rumah bergaya Indisch. Diyakini bangunan ini sudah berdiri sejak Stasiun Maguwo Lama Berdiri dan pernah direnovasi pada tahun 1938 sesuai dengan cetakan angka di kayu atap yang pernah dilihat saudara Aga.

Sayang sekali kami tak bisa masuk ke dalam bekas rumah kepala dinas ini, karena kebetulan pemegang kunci gerbang rumah ini sedang pergi, hanya dari luar kami bisa memandangi bangunan bekas berantakan dan porak-poranda ini. Sungguh jauh dari kata mewah, namun saya percaya bahwa pada waktu itu bangunan di depan ini adalah bangunan megah yang memanjakan penghuni di dalamnya. Bangunan itu terdiri dari 2 kamar utama, halaman belakang dan 2 kamar terpisah dibelakang sebagai dapur dan kamar pembantu. Rupanya gempa Jogja tahun 2006 silam juga memporakpandakan Gudang Pabrik Gula dan Rumah Kepala Dinas ini.

stasiun maguwo lama
Rumah Kepala Dinas tinggal puing-puingnya saja

stasiun maguwo lama
Bangunan tampak dari depan

Kemudian kami berjalan ke arah barat, lebih tepatnya di baratnya bangunan gedung Pupuk Sriwijaya, ada selokan  dan kami duduk dapat penjelasan dari salah satu ahli sejarah Stasiun Maguwo Lama. Waktu itu perusahaan kereta api ada banyak, namun untuk wilayah Yogyakarta ada 2 (dua) perusahan besar yakni Staatspoorwegen (SS) adalah perusahaan kereta api milik negara, dan satunya Nederlandsch Indische Spoorwegmaatschappij (NIS) adalah perusahaan kereta api milik swasta.

Apa yang membedakan Rel milik NIS dengan SS

Perbedaannya salah satunya adalah lebar rel (gauge). Rel NIS memakai ukuran gauge 1.435 mm sementara rel SS memakai ukuran 1.067mm. Hal yang patut diketahui adalah kereta milik NIS tidak bisa melintas di Rel milik SS, namun kereta milik SS bisa melintas di atas rel miik NIS dengan modifikasi tambahan batang besi yang melintang vertikal di tengah rel NIS.

stasiun maguwo lama
Foto single track sebelum  tahun 1929 via spoorwegstation op java - de jong

stasiun maguwo lama
Foto double track setelah  tahun 1929 via spoorwegstation op java - de jong

Stasiun Maguwo Lama dahulunya adalah stasiunnya NIS dan termasuk stasiun kecil, dan hanya kereta-kereta ekonomi yang berhenti di stasiun ini. Tetapi stasiun ini juga difungsikan sebagai stasiun pengawas kereta milik SS yakni Eendaagsche Express (1929) dan Java Nacht Express (1936). Eendaagsche Express beroperasi pada siang hari, sementara Java Nacht Express beroperasi pada malam hari.

Saudara Aga juga memberikan informasi jika pada waktu itu ketika kereta ekspres ini juga dilengkapi dengan fasilitas AC (Air Conditioner) hanya saja berbeda dengan kondisi sekarang. Waktu itu hanya ada kipas angin biasa dengan dikombinasikan oleh balok-balok es. Tak heran dahulu kala ketika kereta api berhenti selain untuk menunggu gantian jalur kereta juga untuk mengisi stok es balok, dan tak heran biasa dekat stasiun pasti ada pabrik pembuat es balok.

Kreatif juga yak orang waktu itu?

Selanjutnya peserta mulai berjalan mengenal bekas-sisa sisa bangunan di area Stasiun Maguwo Lama, sebelum 1943 Maguwo Lama adalah sebuah stasiun dengan layout pulau, mirip dengan Stasiun Tugu. Dibantu penjelasan oleh saudara Aga dan Lengkong bercerita bagaimana sibuknya stasiun sekecil Maguwo harus mengatur lalu lintas kereta api baik jalur milik NIS maupun jalur milik Staatspoorwegen, belum lagi jalur kereta pengangkut gula dari Pabrik Gula Wonocatur.

stasiun maguwo lama
Flyover jembatan SS di dekat bandara Maguwo, sumber KITLV

stasiun maguwo lama
Bekas tiang jembatan untuk jalur kereta api yang masih, sumber: dok.pribadi Aga

Jalur milik Staatspoorwegen sendiri tamat riwayatnya pada tahun 1943 karena dicabut oleh Militer Jepang, dipergunakan untuk membangun jalur baru, salah satunya jalur Muaro- Pekanbaru. Dengan berbekal buku "De Pekanbaroe Spoorweg dan "Eindstation Pakanbaroe 1944-1945, saudara Aga dan Lengkong mencoba memberi gambaran kepada teman-teman tentang apa yang terjadi dengan rel yang dicabut oleh pemerintah Jepang, termasuk rel Staatspoorwegen yang melintasi Maguwo Lama, dan bagaimana kondisi pembangunan Jalur Muaro- Pekanbaru yang dibangun oleh keringat para rakyat Indonesia dan tawanan perang Belanda kerja paksa yang lebih familiar dikenal dengan 'Romusha.

Dihalaman belakang Stasiun Maguwo Lama ini, kami berbagi cerita mengenai bagaimana Maguwo Lama bisa terhubung dengan Pabrik Gula  Wonocatur, dan bagaimana besarnya industri gula di wilayah Yogyakarta pada masa itu.

Dimana sebelum tahun 1935 Yogyakarta memiliki 19 (sembilan belas) Pabrik Gula. Bisa dibayangkan pada era sebelum 1935 jika 19 pabrik gula tersebut beroperasi secara bersamaan, tidak terbayangkan betapa sibuknya kota Yogyakarta sebagai salah satu pusat Industri Gula terbesar di Indonesia. Pabrik gula itu antara lain PG Medari, PG Kedaton Pleret, PG Padokan (Madukismo), PG Tanjung Tirto, PG Sewugalur, PG Demak Ijo, PG Sendang Pitu, PG Barongan, PG Pundong, PG Bantul, PG Ganjuran (Gondang Lipuro), PG Cebongan, PG Beran (Pemkab Sleman), PG Klaci (SMA 1 Godean), PG Rewulu, PG Sedayu (Belakang Kantor Pos Sedayu), PG Randugunting, PG Wonocatur, dan PG Gesikan.

Sayang masa keemasaan itu sudah berakhir diawali dengan terjadinya krisis moneter pada masa itu yang menyebabkan harga gula turun drastis, jatuh sekali. Harga di pasar ekspor tak mampu memenuhi biaya produksi pabrik, sehingga peristiwa ini lambat laun memaksa pabrik gula yang tersebar di Yogyakarta semula berjumlah 19 (sembilan belas) mulai bangkrut. hanya menyisakan 1 pabrik gula saja yakni PG Padokan yang sekarang berganti nama menjadi PG Madukismo.

Kemudian di sesi acara saudara Aga menjelaskan juga tentang lantai/ tegel/ ubin asli dari Stasiun Maguwo Lama yang masih ada. Hanya ditimbun saja oleh keramik baru. Meskipun seluruh lantai Stasiun Maguwo Lama dilapisi keramik warna putih namun kami masih bisa melihat lantai asli dari bangunan tersebut. Hanya ditutupi oleh papan kayu persegi panjang, papan kayu itu digunakan untuk menutupi lubang besar yang dahulu merupakan tempat "mesin persinyalan.

Lantai/ tegel/ ubin berbentuk kontak persegi panjang, bermotif dua ceruk jalur air yang bersilangan. Motif seperti itu agar tidak licin ketika terkena air, dan tegel ini juga di datangkan lansung dari luar negeri. Jadi untuk urusan bangun membangun kita boleh berguru dengan arsitek Belanda. Membangun bangunan bukan hanya untuk 5-10 tahun, tapi membangun untuk selamanya, begitulah perumpamaan untuk para arsitek negara Belanda. Tak heran sampai sekarang masih dijumpai bangunan Belanda yang saat ini masih bertahan, masih digunakan pakai dalam kondisi normal.

stasiun maguwo lama
Lantai asli Stasiun Maguwo Lama 

Stasiun Maguwo Lama juga mempunyai kenangan tersendiri dengan Founding Father Republik Indonesia, Presiden ir. Soekarno pada tahun 1955 bertolak di stasiun ini menggunakan kereta api luar biasa untuk perjalanan ke Purwokerto. Ibarat suatu romansa cinta, bangunan tua ini juga mempunyai kenangan manis dengan tokoh idola saya ini, meskipun cinta itu hanya sekedar 'Mampir. Namun sayang, foto dokumentasi ikut hilang/ rusak terkena Gempa Jogja tahun 2006.

Diharapkan dengan adanya kegiatan "Kelas Mewarnai Indonesia, Seri Menulis dan Jelajah Heritage" maka peserta mulai mengenal tentang peran penting Stasiun Maguwo Lama. Mengerti sejarah dan peristiwa apa saja yang berhubungan dengan Agresi Militer II Belanda dengan latar Stasiun Maguwo Lama. Bangunan ini juga menjadi latar film pembuatan Janur Kuning pada tahun 1979. Menulis dan membuat video tentang Stasiun Maguwo Lama dan menyebarkan cerita ini ke masyarkat luas. Bisa melalui media sosial, media cetak atau media lisan. Intinya jangan sampai sisa peninggalan sejarah dan cerita heroik tentang Stasiun Maguwo Lama hilang di telan masa. 

Semoga ke depan pemerintah lebih memperhatikan akan potensi wisata Stasiun Maguwo Lama ini, dan lebih sering mengadakan kegiatan pengenalan sejarah tentang perkeretaapian menggunakan bangunan tua ini.

Terimakasih untuk semua pihak yang sudah memberikan wawasan sejarah dari bangunan bersejarah ini, semoga Stasiun Maguwo Lama selalu ada sampai kapanpun, menebarkan cerita sejarah kepada warga masyarakat Jogja dan Indonesia. Selalmu memberikan edukasi kepada generasi penerus akan perjuangan orang terdahulu, bangunan menyimpan sejarah besar, tugas anak cucu kita adalah menjaga warisan sejarah ini dengan tulisan dan perbuatan.

stasiun maguwo lama
Peserta Tim Menulis Kelas Mewarnai Indonesia  via mblusuk.com


“Jika kalian ingin menjadi pemimpin besar maka,
 menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator.”
[H.O.S Tjokroaminoto]





Disclaimer: Images, articles or videos that exist on the web sometimes come from various sources of other media. Copyright is fully owned by the source. If there is a problem with this matter, you can contact

Trending