Tukang Parkir yang Istimewa - dipastoria.com

Breaking

logo

Tukang Parkir yang Istimewa

Tukang Parkir yang Istimewa

Kita hidup tidak lepas dari bepergian dari tempat satu ke tempat lainnya. Berpindah-pindah dari tempat A ke tempat Z. Terus saja dilakukan kegiatan ini berulang-ulang.

Ketika pergi ke manapun itu, salah satu yang kerap kali ditemukan adalah bertemu dengan tukang parkir. Ada yang sudah berseragam dengan atribut warna orange, ada lagi yang pakai rompi warna hijau muda seperti punya pak Polisi. Atau bahkan tanpa pengenal dan atribut parkir sekalipun. Cukup peralatan perang berupa sebuah peluit, cukup untuk kita memanggilnya dengan panggilan tukang parkir.

Saya sering bertemu dengan tukang parkir. Kalau dihitung-hitung sejak pertama kali bertemu dengan tukang parkir. Tentu sudah ratusan, bahkan bisa ribuan kali (kalau dihitung sejak kecil). Bertemu dengan tukang parkir, mulai dari yang sangat tidak mengenakkan alias 'njelehi. Seperti hantu saja, ketika datang tidak terlihat batang hidungnya, ketika mau pergi eh nongol juga.

Tukang parkir yang istimewa
Sumber: Pilihprofesi.com


Tidak mau membantu dan menata serta mengarahkan kendaraan yang akan diparkir. Namun, saat ketika mau pulang, beliau hadir secepat kilat di depan mata, langsung minta uang. Padahal, dari awal tidak terlihat, dan jelas tidak membantu memparkir kendaraan kita. Kalau menemukan tukang parkir seperti ini, saya cuma meluruskan niat untuk bersedekah saja bismillah ikhlas.

Pernah kah sobat dipastoria.com  mengalami peristiwa seperti cerita di atas?

Namun, di sini saya mau bercerita tentang tukang parkir yang lain daripada yang lain. Tukang parkir yang antusias dan layak untuk dicontoh di dunia keparkiran se jagad raya. Ini adalah real testimoni pengalaman pribadi, tanpa dibuat-buat dan memang benar adanya seperti ini.

Tukang parkir yang ini super istimewa. Ketika kendaran tiba di depan warung makan yang di jaganya. Saya baru turun dari kendaraan. Reflek otomatis yang pertama dilakukan adalah menurunkan standar sepeda motor. Buka pengait helm dan letakkan di spion sebelah kanan. Karena berboncengan dengan istri. Maka helm istri otomatis diletakkan di atas jok sepeda motor. Cukup diletakkan saja.

Tiba² ada suara tukang parkir bilang,

"Udah mas nanti saya saja. " Yang penting motor jangan dikunci stang. "

Terdengar suara dari seorang pria paruh baya dengan penuh semangatnya. Lalu saya dan istri bergegas masuk, untuk keperluan makan dan minum. Saya masih ingat waktu itu helm istri posisi masih di atas jok sepeda motor.

Setelah beberapa menit berada di dalam, tibalah membuktikan bagaimana antusiasnya tukang parkir ini. Ketika selesai melakukan pembayaran untuk makan dan minum, bergegas kami menghampiri posisi sepeda motor diparkir.

Belum, sampai di posisi sepeda motornya. Tukang parkir bilang,

" Mau ke barat atau timur Mas?

"Oh, mau ke arah Barat Pak, " jawabku mantap.


Saya kaget, ternyata posisi helm istri sudah dikaitkan di pengait sepeda motor. Tempat biasa mengaitkan barang ketika berbelanja menggunakan motor. Maksud tukang parkir agar helm nya tidak jatuh ketika mengambil motornya.

Dengan sigap tukang parkir itu mengambil sepeda motornya. Mengeluarkan dari posisi sebelumnya, sambil menyerahkan kedua helm nya ke saya dan istri. Sambil senyum dengan ramahnya.

Terus beliau dengan posisi membungkukkan badan dan kepala, menurunkan kedua footstep sepeda motor sekalian. Saya tahu maksudnya, karena kami berboncengan. Sehingga pembonceng nanti tidak perlu untuk repot-repot ketika menurunkan footstep sepeda motor.

"Wah, keren ini gumamku dalam hati."

Sepeda motor sudah dalam posisi ke arah barat. Helm sudah dipakai, istri juga sudah, memakai helm plus pijakan kaki, sudah di atas footstep sepeda motor. Kami siap untuk melaju lagi.

Ku ambil uang untuk ongkos parkir dari saku jaket. Saya genggam dan saya serahkan ke tukang parkir tersebut.

"Nuwun gih Pak, seraya menyerahkan uang itu juga dengan senyum ikhlas bergembira.

Tukang parkir setelah menerimanya reflek bilang matur suwun, langsung bergegas ambil posisi selanjutnya.

Peluit langsung ditiup berulang kali. Prat prit prat priiit....


Bersiap untuk mencarikan jalan agar kami bisa langsung pulang dengan aman. Jalan masih ramai, sehingga kami haru menunggu sampai aman ketika menyeberang jalan. Tidak lupa saya sambil memperhatikan betapa antusiasnya bekerja tukang parkir ini.

Tangannya yang kanan, diposisikan lurus sejajar dengan bahu. Persis seperti posisi pak Polisi ketika menyeberangkan orang di jalan. Tukang parkir itu memberikan dan mencarikan jalan untuk saya pergi.

"Ngatos-ngatos jeh mas. "
Hati-hati ya Mas begitulah kalau di Bahasa Indonesiakan.

Di tengah perjalanan saya berbicara dengan istri,

"Bapak e, semangat banget ya dalam bekerja."

Kalau tukang parkir seperti itu semua, seneng banget tentunya yang memakai jasanya. Merasa puas ketika memberika ongkos kepada tukang parkir. Bahkan tentu ada pula yang memberikan uang jasa parkir dengan nominal yang lebih, ditambah dengan hari riang dan gembira. Kita, sebagai pemakai jasa, parkir senang dan puas. Sebaliknya tukang parkir itu juga mendapatkan ongkos sesuai yang ditetapkan. Impas kan.
***

Tukang parkir dalam cerita di atas berada di daerah Kapanewon Gamping Sleman. Ada warung makan sebelah utara jalan, selalu ramai ketika waktu makan dan sore. Uniknya warung ini menerapkan sistem bayar dahulu, baru makan. Sangat berbeda dari warung makan pada umumnya yang biasanya membayarnya setelah selesai makan.

Semoga cerita ini bermanfaat dan memberikan inspirasi kehidupan ini. Selamat membaca :)

Disclaimer: Images, articles or videos that exist on the web sometimes come from various sources of other media. Copyright is fully owned by the source. If there is a problem with this matter, you can contact

Trending