Masjid Pathok Negoro Babadan Banguntapan Bantul - dipastoria.com

Breaking

logo

Masjid Pathok Negoro Babadan Banguntapan Bantul

Masjid Pathok Negoro Babadan Banguntapan Bantul

Selanjutnya setelah berkunjung dari Masjid Pathok Negoro Plosokuning Minomartani Sleman, perjalanan saya tutup dengan mengunjungi Masjid Pathok Negoro Babadan Banguntapan Bantul. Masjid Pathok Negara Ad-Darojat Babadan, merupakan salah satu dari lima Masjid Pathok Negoro Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Masjid ini memiliki sejarah yang unik dalam sejarah perjuangan kemerdekaan karena pernah dipaksa di pindahkan oleh pasukan penjajahan Jepang berikut seluruh penduduk yang ada di sekitar lokasi masjid. Karena lokasi tersebut akan dijadikan pangkalan militer oleh pasukan Jepang.

masjid pathok negoro babadan banguntapan
Masjid Pathok Negoro Babadan Banguntapan via http://yogyakarta.panduanwisata.id

Bagaimana agar bisa ke masjid ini? 

Jika sobat dipastoria dari Masjid Pathok Negara Ad-Darojat Babadan, berada di Desa Babadan, Kec. Banguntapan, Kab. Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, INDONESIA. Rute untuk menuju ke masjid dari JEC (Jogja Expo Center), dari Jalan raya Janti di depan JEC ada sebuah pohon beringin yang menghadap ke sebuah pertigaan. Salah satu jalan di pertigaan itu bernama Jl. Pathok Negara. Ikut Jalan Pathok Negara hingga sampai di lokasi masjid.

Sejarah berdirinya Masjid Ad Darojat Babadan 

Masjid Ad-Darojat Babadan adalah salah satu masjid patok negara yang didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1774 di atas tanah mutihan atau Sultan ground seluas 120 meter persegi.

Pada zaman penjajahan Jepang tahun 1940, Masjid Ad-Darojat dan masyarakat Babadan dipindah ke Desa Babadan baru di Jl. Kaliurang KM-7, Kentungan, Sleman. Perpindahan ini dikarenakan saat itu daerah Babadan terkena pelebaran pangkalan pesawat terbang dan sebagai gudang senjata. Akibat perpindahan tersebut denyut kampung Babadan sebagai kampung santri sempat mengalami tidur panjang. Akibat perpindahan yang dilakukan oleh Jepang tersebut, masjid Pathok Negoro tersebut menjadi tak terurus.

Saat terjadi pengusiran oleh Jepang, memang tidak semua penduduk ikut boyong ke Kentungan. Sebagian warga Babadan tetap tinggal di kampung halamannya. Setelah ditinggalkan warga, masjid ini hanya tersisa fondasi dan temboknya saja. Hal ini dikarenakan seluruh konstruksi kayu masjid ikut dipindah dan dibangun kembali di Babadan Kentungan.

masjid pathok negoro babadan baru sleman
Masjid Pathok Negoro Babadan Baru Sleman

Setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia ke-2 yang akhirnya seluruh personil dan tentaranya meninggalkan Indonesia, secara otomatis pembangunan perluasan pangkalan udara pun urung dilaksanakan. Sekitar tahun 1950-an mulai banyak masyarakat yang datang ke kampung Babadan dan akhirnya menetap di sana.(http://bujangmasjid.blogspot.co.id)

Pada tahun 1960-an salah seorang warga Babadan bernama Muthohar mempunyai niat untuk membangun kembali masjid peninggalan Sultan Hamengkubuwono I tersebut. Pembangunan kembali masjid tersebut dilakukan semasa Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Atas dukungan Sultan maka nama Sultan Hamengku Buwana IX "Ndoro Jatun" diabadikan menjadi nama masjid Pathok Negoro tersebut dengan nama Masjid Ad-Darojat.

Meski bentuk masjid mengalami perubahan, namun bentuk khas sebagai masjid kraton masih tetap dipertahankan. Seperti pada masjid Pathok Negoro lainnya, di sisi barat masjid adalah pemakaman tempat bersemayam para tokoh agama maupun masyarakat setempat. Masjid “pindahan” di Desa Babadan Baru masih bertahan hingga kini dan diberi nama Masjid Sultan Agung.

Karena latar belakang sejarah demikian ini, antara warga Babadan dengan Babadan Baru Kentungan meskipun terpisah secara geografis namun tetap terjalin hubungan yang harmonis. Setiap tahun menjelang datangnya bulan suci Ramadhan, banyak warga Babadan Baru yang datang ke Babadan untuk menggelar acara tradisi nyadran. Silaturahmi setiap kegiatan nyadran tersebut berlanjut saat Lebaran Idul Fitri tiba, karena banyak juga diantara mereka yang masih merupakan saudara sedarah.

Bagaimana kondisi bangunan dan ruangannya?

Pertama kali masjid ini dibangun pada tahun 1774, arsitektur Masjid Ad-Darojat sama persis dengan ketiga masjid Pathok Negoro lainnya. Kesamaan bentuk masjid tersebut terlihat hampir di semua bagian. Bangunan ruang utama masjid menggunakan konstruksi joglo dengan empat soko guru dan terdapat pawestren disampingnya. Serambi masjid menggunakan konstruksi bentuk limasan serta terdapat kolam di sebelah timur masjid sebagai tempat bersuci sebelum memasuki masjid, di depan masjid juga terdapat pohon kepel.

masjid pathok negoro babadan banguntapan bantul
Tampak dari depan

masjid pathok negoro babadan banguntapan bantul
Plang resmi dari Kraton Yogyakarta

Dikarenakan pengusiran oleh Jepang pada tahun 1940-an, bersamaan dengan boyongnya penduduk Babadan ke Kentungan, seluruh bangunan masjid ikut dipindah dan dibangun kembali di daerah Kentungan. Tempat tersebut kemudian diberi nama Kampung Babadan Baru. Baru pada tahun 1960-an bekas lokasi masjid di Babadan kembali dibangun.

Pada pembangunan awal di tahun 1964, bentuk masjid masih semi permanen. Baru pada tahun 1988 dibangun kembali serambi tengah dengan sumber dana dari pemerintah dan swadaya masyarakat. Meski bentuk masjid mengalami perubahan, namun ciri khas sebagai Masjid Pathok Negoro tetap dipertahankan, seperti mustoko masjid yang masih disimpan dengan baik. Baru pada tahun 1992 bangunan induk utama dibongkar kembali dan disarankan agar disesuaikan seperti bentuk semula yakni joglo yang berasal dari kayu jati.

masjid pathok negoro babadan banguntapan bantul
Pilar peyangga masjid

masjid pathok negoro babadan banguntapan bantul
Pilar peyangga masjid

Pada tahun 1993 pembangunan ruang utama masjid berhasil dilakukan dengan membangun joglo dengan 4 soko guru masing-masing setinggi 7 meter. Pembangunan kelengkapan masjid seperti serambi depan, gerbang masuk, serta tempat wudhu dan wc dilakukan pada tahun 2001. Atas kesepakatan para tokoh agama setempat pada tahun 2003, mustoko yang asli yang terbuat dari tanah liat tidak jadi dipasang dan diganti dengan mustoko dari kuningan. Meskipun demikian mustoko yang asli sampai sekarang masih tersimpan dengan baik di Masjid Ad-Darojat.

Untuk parkir kendaraan jangan khawatir, tempat parkir luas, cukup untuk kendaraan roda 4 (empat) atau armada bus sekalipun. Tempat wudhu juga bersih dan terawat, di dalam masjid ruang utama akan melihat 4 (empat) tiang peyangga utama yang masih kokoh, di depannya ada ornamen khas keraton Yogyakarta membuat cantik ruangan masjid. Bangunan nya masih sangat bagus dan terawat, jika sholat di tempat ini adem banget rasanya pengen lama-lama di sini. #beneran

Ayo temukan Masjid Pathok Negoro Ad Darojat Babadan Banguntapan di aplikasi Googlemaps di bawah ini.



Disclaimer: Images, articles or videos that exist on the web sometimes come from various sources of other media. Copyright is fully owned by the source. If there is a problem with this matter, you can contact

Trending