Bareng-bareng Wisata ke Sam Poo Kong Semarang - dipastoria.com

Breaking

logo

Bareng-bareng Wisata ke Sam Poo Kong Semarang

Bareng-bareng Wisata ke Sam Poo Kong Semarang

Udara di daerah Semarang panas, keringat tiba-tiba keluar dari kulit ini. Berbeda sekali kondisi udaranya di Jogja. Jogja lebih adem lah, tapi ‘well ini Semarang, tentu berbeda dengan Jogja. Di dalam bus perlahan saya keluar, tiba-tiba melihat pintu gerbang, tinggi sekali dengan ornamen naga dengan kombinasi warna merah mencolok tak lupa dengan balutan emas nan kian menambah semarak bangunan megah itu. Sudah ada beberapa kendaraan seperti mobil dan bus pariwisata berjejer rapi di sebelah barat  bangunan tadi.  Yang ku tahu ada tulisan besar di sana tertulis “SAM POO KONG”.

Sam Poo Kong

Pintu masuk Sam Poo Kong

Perlahan saya bergegas menuju ke tiket masuk arena Sam Po Kong. Informasi waktu saya ke sana tiket untuk anak Rp3.000 dan untuk kalangan dewasa Rp6.000 masih cukup murah lah. Yes, akhirnya masuk ke salah satu area wisata terkenal di bumi Semarang! Berada di Jl. Simongan Raya No.129 Semarang Jawa Tengah. #Mantab Jiwa!

Sejarah Sam Po Kong

Sam Poo Kong atau bisa juga disebut Klenteng Gedung Batu adalah sebuah petilasan, bekas tempat persinggahan dan pendaratan pertama seorang Laksamana dari Tiongkok beragama Islam bernama Zheng He (Cheng Ho). Terletak di daerah Simongan, sebelah barat daya Ibukota Jawa Tengah, Semarang.  Tanda yang menunjukkan sebagai bekas petilasan yang berciri khas Islam dengan ditemukannya tulisan berbunyi “Marilah kita mengheningkan cipta dengan mendengarkan bacaan Al Qur’an” (namun saya belum menemukan tulisan ini, atau saya tak bisa membacanya?”

Mengapa disebut Gedung Batu?

Alasannya adalah karena bentuknya merupakan sebuah Goa Batu besar yag terletak pada sebuah bukit batu, orang Indonesia keturunan Cina menganggap bangunan itu adalah sebuah klenteng, mengingat bentuknya punya arsitektur bangunan Cina sehingga mirip dengan sebuah klenteng.

Sekarang tempat ini dijadikan tempat peringatan dan tempat pemujaan juga tempat untuk berziarah. Untuk keperluan tersebut di dalam gua juga diletakkan sebuah tempat (altar) dan patung-patung Sam Po Tay Djien (Laksamana Cheng Ho). Padahal banyak dalam sejarah disebutkan bahwa Laksamana Cheng Ho adalah seorang muslim yang taat, namun di sini kok dianggap sebagai Dewa (saya juga tak tahu alasan pastinya). Bisa dimaklumi juga mengingat agama Kong Hu Cu atau Tau punya kepercayaan bahwa orang yang sudah meninggal dapat memberikan pertolongan kepada mereka.

Menjadi Lokasi Pendaratan Kapal Armada Besar

Menurut cerita yang beredar, Laksamana Cheng Ho sedang melewati Laut Jawa, saat melintas banyak awak kapal tiba-tiba jatuh sakit, lalu beliau memerintahkan untuk berhenti sejenak di tempat ini. Merapat ke pantai utara Jawa, wilayah Semarang (sekarang) untuk berlindung di sebuah goa dan juga mendirikan sebuah masjid di tepi pantai yang sekarang beralih fungsi menjadi klenteng. Bangunan itu sekarang menjadi berada di tengah kota Semarang diakibatkan pantai Utara Jawa selalu mengalami proses pendangkalan yang diakibatkan adanya proses sedimentasi sehingga lambat-laun daratan akan semakin bertambah luas kea rah utara (walahua’lam).

Goa aslinya sendiri sebenarnya sudah runtuh karena longsor pada tahun 1704, ketika Laksamana Cheng Ho melanjutkan perjalanannya, namun Goa Batu yang memiliki mata air yang tak pernah kering tadi dibangun lagi sebagai duplikat yang asli karena dipercaya sebagai petilasan dan tempat yang pernah dtinggali Laksamana Cheng Ho.

Selain Goa Batu, area Klenteng Sam Poo Kong terdiri atas beberapa bangunan pemujaan utama Klenteng Besar, Klenteng Tho Tee Kong dan beberapa tempat pemujaan lain yang dikenal dengan Kyai Juru Mudi, Kyai Jangkar, Kyai Cundrik Bumi dan Kyai Tumpeng.

Konon karena sempat singgah di tempat ini, ada sebagian awak kapal yang menikah dengan penduduk asli Simongan ini. Bersawah dan berladang seperti kebiasaan pada umumnya warga sekitar. Tentunya Laksamana Cheng Ho juga memberikan ilmu baru tentang bercocok tanam di daerah tersebut.

Ada apa saja di Sam Poo Kong?

Di areal lokasi lebih kurang 1000 meter persegi, bangunan khas didominasi dengan warna merah mencolok, kuning dan hijau berpadu dengan kompaknya, terdapat banyak patung dewa-dewi di sekitarnya. Beberapa bangunan beratap susun dua, bahkan ada yang susun tiga yang berada di tengah. Memang jika diperhatikan dengan seksama arsitektur bangunan ini seperti kolaborasi akulturasi (penggabungan, meleburnya) arsitektur dari daratan Cina.

Setelah melewati pintu gerbang lewat sisi utara akan melihat di pojok timur sebelah utara ada bangunan mushola. Berwarna merah juga, namun sangat kecil untuk ukuran area wisata sebesar ini. Harus perlu mengantri beberapa menit untuk sholat bagi yang beragama muslim. Itu pun harus berdesak-desakan jika ingin sholat di mushola tersebut.

Masjis di Area Sam Poo Kong

Saran saja kalau bisa area mushola ditambah, volume jelas sudah tak memenuhi kuota pengunjung, mohon untuk ditambah lagi luas mushola!

Langsung lurus saja, nanti akan ada bangunan kuil dengan altar yang luas tingkat 2 (dua) atap. Ada beberapa tiang penyangga berwarna merah mencolok dibalut warna kuning nan eksotis, di bagian atas atap juga ada warna merah dan kuning sangat dominan oh ya ada warna hijaunya juga. Di tepi ada juga tiang dengan bagian bawah ada ornament naga sedang meliuk-liuk dengan gagahnya. Khas sekali dengan nuansa daratan Cina. Tempatnya disini salah satu andalan untuk berfoto ria. Tempatnya cukup adem juga karena lantainya seperti terbuat dari keramik warna cokelat, Di dalam altar bagian luar bangunan ini mirip arena pertandingan “Sungoku dengan Pikoro” (ingat film Dragonball) ya seperti itu. Jika beruntung nanti juga bisa melihat atraksi barongsai dengan naga dan patung Laksamana Cheng Ho sedang menari-nari, diikuti dengan rombongan orang yang memainkan atraksi keren.

Bagian Altar Sungoku vz Pikoro (versiku)

Pemandangan dari atas Altar

Spot Ngehits untuk para 'Ngehitters

Bagian atap altar nan cantik mempesona

Bagian lain dari altar bertiang banyak

Di dalam arena ini bisa melihat keseluruhan bangunan-bangunan megah area Sam Poo Kong secara keseluruhan karena tempatnya agak tinggi. Ada pintu gerbang di sebelah selatan ujung, ada kuil utama di sebelah barat, dan masih banyak lagi patung dewa-dewi dan tentara Laksamana Cheng Ho berdiri dengan kokohnya. Tampak patung Laksamana Cheng Ho berdiri tegak menantang berada di sebelah selatan depan dengan Pintu Kuil Raksasa.

Setelah puas berfoto di spot ini, langsung turun dan bergegas menuju area spot pintu gerbang dengan warna item dan kombinasi paku emas banyak tertempel di pintu gerbang, Pintu Kuil Raksasa. Sekilas mirip pintu gerbang kerjaan di Cina, seperi di kuil Cina itu loh?

Di sebelah utara ada patung Laksamana Cheng Ho berdiri tegak, memakai penutup kepala khas Cina, dengan pakain jubah khas Cina membawa sebilah pedang, sambil membawa sesuatu ditenteng dengan tangan kanannya (seperti dokumen rahasia) memakai baju perang besi dengan gambar naga menghadap ke sisi tenggara (saya tak tahu mengapa mengahadap ke arah tenggara), ada beberapa keterangan pendukung di bawah patung tersebut.

View menarik menjadi andalan Sam Poo Kong

Patung Laksamana Cheng Ho

Auto Biografi Laksamana Cheng Ho

Nah selanjutnya tepat di sebelah barat patung Laksamana Cheng Ho ada bangunan paling top menurut saya. Kuil utama bangunan Sam Poo Kong dengan atap 3 (tiga), tampak saya amati dari luar ada peziarah sedang bersembahyang di dalamnya. Sengaja saya tak masuk karena takut mengganggu ibadah mereka, hanya mengamati dari jauh saja. Oh ya untuk memasuki area ini masih dikenakan bayar lagi lebih kurang Rp10.000 ribu ada tempat pembelian karcis sendiri.  Berada di sebelah selatan Joglo.

Tampak juga bangunan lilin raksasa di sebelah kelenteng utama ini, lilinnya sangat besar sekali lilin. Hampir sebesar tiang listriklah menurut saya.  Kalau lilinnya sebesar itu kapan habisnya, gumam saya dalam hati, Woow amazing!

Lilin raksasa

Ada juga relief lengkap yang menceritakan beberapa sejarah perjalanan Laksamana Cheng Ho terdiri dari 10 (sepuluh) diorama yang saling bersambung. Pada sebuah relief ada yang menceritakan ketika Laksamana Cheng Ho membantu mengatasi perang saudara, yakni perang saudara yaitu perang saudara antara raja-raja tanah Jawa Wikramawardhana melawan Wirabumi. Ada juga relief cerita penumpasan besar-besaran 5000 bajak laut, luar biasa bukan?

Setelah puas langsung cabut saja menunggu di arena Joglo di sebelah selatan, tepatnya bangunan Joglo ini depannya loket masuk ke kuil utama, di barat Joglo ada batu ada tulisan dalam bahasa Cina apa artinya jelas lah saya tak tahu? Hihi..

Apa ya kira-kira bacaan tulisan ini?

Tidak diragukan lagi, klenteng Sam Poo Kong ini adalah salah sau cagar budaya di kota Semarang yang menyenangkan untuk dijadikan destinasi liburan sambil kembali belajar sejarah. Belajar sejarah dan langsung terjun mengamati sendiri bangunan sejarah tentang napak tilas Laksamana Cheng Ho.
Yuk, ke sini ke Sam Poo Kong, tak perlu jauh-jauh ke Cina jika ingin hanya pengin mengenal bentuk kuil Cina! Ke Sam Poo Kong, siapa takut?

Ayo temukan klenteng Sam Poo Kong di aplikasi Googlemaps di bawah ini:





Disclaimer: Images, articles or videos that exist on the web sometimes come from various sources of other media. Copyright is fully owned by the source. If there is a problem with this matter, you can contact

Trending